Tunjangan Psikiatri

Haris Quds
2 min readMay 19, 2023

--

Gue pikir gue introvert, pasti.
Well, I am, actually, an INFP.
Meski introvert, tapi somehow gue suka interaksi,
Ngobrol apapun from basa-basi to spilling hot tea.

Beberapa bulan lalu,
gue dipindahin ke divisi baru.
Divisi Customer yg gue hindari selalu.
Tapi gue terima karena gue anggap sebagai tantangan baru.
Sekalian, belajar cara komunikasi palsu.

Sumpah ya, awalnya sih happy karena bisa melatih kemampuan berinteraksi.
Yaa, ngarang alasan dan boong dikit gapapa kali.
Tapi kok lama-lama customer pada kayak tai,
Yang bego elo yang di-complain kami.

Asal lo tau nih,
Saat gue bilang "mohon maaf atas ketidaknyamanan yang Bapak alami,"
Itu gue boong dan gue gak peduli sama sekali.
Yakali!

Asli,
Saat gue bilang "Bapak tidak perlu kuatir, keluhan bapak sudah kami catat dalam daftar priority,"
it's a bullshit, I guarantee.
Sori nih pak, jangan percaya kami.
Sori sori sori jek, you're not my priority~

Kelar gue bales email lo, gue close, gue lupa, dan gue lanjut ke keluhan lain lagi.

Ya emang sih di sini dapet tunjangan divisi,
tapi tapi tapi, kayaknya lebih tepat jadi tunjangan ke psikiatri. Hihi.
Setelah 9 jam duty dan afk nyebat 3x,
gue clock-out lalu pulang dalam durasi 2x lagu Asmalibrasi.

Besoknya, "mohon maaf atas ketidaknyamanannya" lagi.

"Min, saya mau request lalalili tetekbengek"
Bentar, bisa pause dulu gak soalnya gue capek.
Pantek.

Tulisan ini gue bikin as a therapy,
Soalnya tunjangan psikiatri udah abis buat kawa-kawa sama soju rasa leci,
Dan kenapa ke psikolog mahal sekali?
Eh, di puskesmas murah sih, tapi harus antri dari setengah tujuh pagi,
untuk sesi konsul jam 12 siang hari,
Cuma 60 menit per sesi konsultasi,
Capek gak siii!!??

Feb2023

--

--

Haris Quds

A culture enthusiast and a book reviewer. Studied American Studies on University of Indonesia.