KENALI PAHLAWAN DALAM DIRIMU! — Part 4 (End)

Panduan Melakukan Perjalanan menuju The Inner Self

Haris Quds
5 min readDec 22, 2020
Photo by Gabriel Bassino on Unsplash

Kita Pahlawan, lalu Apa?

Pertanyaan tersebut mungkin muncul di pikiran kita setelah mengetahui fakta bahwa diri kita adalah pahlawan. Apa yang bisa kita lakukan dengan titel tersebut? Apakah kemudian kita mendapatkan keistimewaan makan gratis di sebuah cafe ternama atau voucher liburan ke Korea Selatan?

Tentu saja tidak begitu. Titel pahlawan yang kita peroleh adalah titel imajiner yang tidak akan memberikan kita keistimewaan khusus. Kecuali jika kita benar-benar mengalahkan monster naga terbang dan menyelamatkan desa dari serangannya, barulah mungkin kita akan dihormati sebagai pahlawan sungguhan, tentu tidak mungkin ‘kan?

Namun, titel imajiner ini sangat berguna untuk menjadi motivasi bagi diri sendiri. Bahwa sesungguhnya kita tidak akan pernah memperoleh kesia-siaan jika kita sudah memilih untuk keluar dari zona nyaman dan sungguh-sungguh menjalaninya.

Kesadaran ini bisa sangat membantu jika kita sering merasa cemas terhadap masa depan, atau merasa memiliki hidup yang sia-sia. Dengan menyadari kontribusi kita pada pengembangan diri kita sendiri, kita mungkin tidak lagi merasa menjadi pribadi yang mengecewakan.

Dengan melakukan identifikasi langkah-langkah di atas, kita mungkin tidak perlu lagi cemas dengan apa yang akan terjadi berikutnya di masa depan, karena kita sudah bisa menerka kira-kira kejadian apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

Melalui analisis ini, kita bisa melihat sebuah cobaan menggunakan sudut pandang yang berbeda dari sebelumnya. Jika biasanya kita memandang cobaan sebagai suatu kenaasan atau musibah, sudut pandang baru tersebut membuat kita justru bersyukur atas adanya cobaan tersebut karena sudah menempa kita menjadi sosok yang lebih baik. Kita juga bisa lebih memahami maksud sesungguhnya dari kehadiran momok mengerikan dalam setiap misi hidup kita, bahwa sesungguhnya di balik kehadiran momok tersebut ada sebuah anugerah besar yang menunggu kita.

Photo by Caroline on Unsplash

Analisis hero’s journey ini bisa menjadi alat untuk kita mengenal diri kita sendiri. Baik mengenal siapa kita berdasarkan ‘misi-misi’ imajiner yang telah kita lalui di masa-masa sebelumnya, maupun mengenal akan jadi apa kita di masa depan melalui ‘misi-misi’ yang sedang atau akan kita hadapi di kemudian hari.

Kita bisa mengidentifikasi dan kemudian menentukan, apakah kita ingin menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri dengan menuntaskan siklus perjalanan kita, atau hanya berakhir menjadi pecundang yang kalah dengan mangabaikan proses tersebut. Semua itu ditentukan dari kesiapan kita menerima panggilan-panggilan misi yang bisa datang dari mana saja.

Misalnya, panggilan misi bisa datang dari atasan yang meminta kita menjadi project leader sebuah event, yang mungkin saja jika kita terima ternyata akan menghasilkan kepercayaan lebih dari atasan, atau bahkan mungkin promosi kenaikan jabatan.

Misi lainnya bisa saja berupa hal sederhana, misalnya ibu kita menyuruh belanja kebutuhan pokok mingguan. Dengan melakukan hal tersebut kita tentu sudah menjadi anak yang berbakti pada orang tua, dan mungkin akan mendapatkan bonus uang jajan lebih.

Meskipun begitu, bukan berarti analisis ini mengajarkan kita untuk pamrih dalam melakukan sesuatu, hal tersebut sama sekali bukanlah tujuan dari analisis hero’s journey. Tujuannya justru untuk membiasakan diri kita menerima sebuah tantangan dalam hidup, agar kita tidak terjebak di zona nyaman dan akhirnya tidak berkembang sedikitpun. Karena setiap tantangan di kehidupan pasti akan menjadikan kita pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Dalam hidup ini, kita akan menghadapi berbagai panggilan misi yang datang silih berganti, bahkan saling berhimpitan. Namun, setiap misi berbeda tersebut hanyalah representasi yang beragam dari motif yang sama, yaitu motif hero’s journey. Maka setiap misi tersebut akan memiliki tahapan-tahapan yang kurang lebih sama dengan yang sudah dijelaskan oleh Campbell.

Tugas kita hanyalah mengidentifikasi setiap langkah yang akan kita hadapi dan jalani, agar kita bisa lebih fokus dan bisa melakukan setiap misinya dengan penuh kesadaran. Karena jika kita tidak fokus menjalani sebuah misi dalam kehidupan ini, ada kemungkinan misi tersebut akan gagal, terabaikan, atau mungkin menjadi lama proses penyelesaiannya. Akibatnya adalah misi-misi lainnya yang menunggu kita bisa saja ikut terhambat karena kita belum menyelesaikan misi saat ini, atau lebih parah lagi, misi-misi baru tersebut menjadi terlewatkan akibat timing yang tidak sesuai.

Photo by Hello I'm Nik 🎞 on Unsplash

Saya memberikan contoh misi menjadi seorang sarjana pada pemaparan analisis hero’s journey ini. Tentu saja sebelum berada pada tahap itu saya secara tidak sadar sudah selesai melakukan misi-misi lainnya, yaitu menjadi seorang siswa SD, menjadi siswa SMP, dan menjadi siswa SMA. Masing-masing misi tersebut datang silih berganti menyusul yang lainnya.

Kamu pun mungkin begitu, pasti sudah melalui banyak misi di kehidupanmu yang setiap misinya akan menjadikanmu pribadi yang lebih baik lagi, ‘kan?. Misalnya menemani ibumu belanja bahan pokok di pasar, melewati berbagai tahapan CPNS, atau mungkin sama seperti saya, menjadi sarjana di kampusmu.

Pada akhirnya, perjalanan yang kita lakukan dalam sebuah misi hanya akan menjadi rentetan proses kehidupan yang terjadi silih berganti. Namun perjalanan yang sesungguhnya kita lakukan ketika menganalisis kehidupan menggunakan analisis hero’s journey adalah perjalanan ke dalam diri sendiri, journey to the inner self.

Melalui analisis ini kita dipaksa untuk mengetahui misi-misi kita dalam hidup, kita juga harus tahu fungsi dari momen-momen dalam kehidupan terhadap keberlangsungan misi tersebut. Dengan melakukan analisis hero’s journey ini, kita bisa lebih hadir di setiap proses dalam hidup kita dan kita bisa lebih tenang menghadapi cobaan apapun yang datang menimpa kita.

Karena cobaan-cobaan itu, termasuk ‘monster-monster besar’ di setiap misi kita, merupakan tanda bahwa kita sedang berada di jalan yang tepat, yaitu jalan menuju sebuah kesuksesan, jalan untuk menguasai dunia asing yang sedang kita lalui saat ini.

Referensi

Campbell, Joseph. 1993. The Hero with a Thousand Faces. epub. London: HarperCollins.

Moyer, Bill. 2011. The Power of Myth. epub. New York: Doubleday Publisher.

Febriani, Rika. 2017. Sigmund Freud Vs Carl Jung: Sebuah Pertikaian Intelektual Antarmazhab Psikoanalisis. Yogyakarta: Penerbit Sociality.

Jung, Carl G., Nurrohmah, Siska (trans). 2018. Manusia dan Simbol-Simbol: Simbolisme dalam Agama, Mimpi, dan Mitos. Yogyakarta: Penerbit Basabasi.

Stevens, Anthony., Sunardi, FX Dono (trans). 2020. Dreams and the Stages of Life: The Essential Jung. Tangerang Selatan: Penerbit BACA.

--

--

Haris Quds

A culture enthusiast and a book reviewer. Studied American Studies on University of Indonesia.